Dalambuku ini, ia menulis puisi tentang tukang becak yang terlelap dalam mimpi, tentang nasi kucing mbah Singo, tentang oseng mercon Mbah Wagino, tentang pandemi, dan masih banyak lagi, yang semuanya masih tetap dihubungkan dengan angkringan, seperti judul bukunya. 5. Museum Kehilangan - Wawan Kurniawan
Kuranglebih satu tahun setengah ia menjadi tukang becak demi memenuhi kebutuhannya. "Kau tak bosan menjadi tukang becak, Teguh?" ujar Mamat yang membangunkan lamunan Teguh. "Ah,Mat..seperti kau tak bosan saja.. Memangnya kita bisa apa? Tamat SMA saja tidak". Jawab Teguh. "Setidaknya kau tidak seperti aku.
Yangperih-perih menyayat hati itu dengan mudah bisa kita dapatkan, karena sebagian besar puisi-puisi Jokpin merupakan potret/rekaman nasib orang miskin yang berlumur penderitaan, seperti tukang becak umpamanya (dalam buku ini ada 3 puisi tentang tukang becak, profesi yang masih banyak ditemukan di Yogyakarta di mana penyair kita ini bertinggal).
kita menghadapi kenyataan pahit,bahwa apa yang ada didepan mata kita tak sesuai dengan apa yang kita harapkan terjadi.terkadang membuat
Puisiabang tukang ojek tentang transportasi becak anak sekolah naik kendaraan becakku mengapa terbaik rodamu menginspirasi kami Terus berputar setiap tarikan sebutir nasi yang kau selalu dinanti. Demikianlah puisi abang tukang ojek. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat
NaskahDrama "Tukang Becak" KRITIK NOVEL LANGIT DAN BUMI SAHABAT KAMI; Analisis Puisi Hampa Karya Chairil Anwar; Teks Drama "Hati yang Tenggelam" Teks Drama "Jalan Pintas" Teks Drama "Tobatnya Si Badung" Analisis Novel "Cinta Adelia" Cerpen; Analisis Puisi Derai-Derai Cemara 2015 (3) Desember (1) Mei (2)
. Perkara becak kembali menyeruak tatkala Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melontarkan gagasan untuk mengijinkan kembali beroperasinya becak di kota metropolitan Jakarta. Dengan sisa bara kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017 yang belum sepenuhnya padam, tentu saja gagasan ini menuai kontroversi, memunculkan pro-kontra dengan segala variasinya, baik dalam polemik di media massa maupun keriuhan wargamaya di platform media sosial. Becak, sebagai moda transportasi manusia memang sangat terkait dengan perkembangan kota. Di ibukota Jakarta, setidaknya dalam dua dekade terakhir, becak telah dianggap sebagai bagian dari sejarah transportasi masa lalu seiring dengan penerbitan aturan yang melarang becak beroperasi di Jakarta. Pada awal pemberlakuan larangan tersebut, sering terjadi razia becak dan hasil dari razia tersebut ditenggelamkan di Laut Jawa kawasan Kepulauan Seribu dan dimanfaatkan sebagai rumpon, tempat bersarang ikan laut. Razia-razia terhadap becak di Jakarta menjadi pengingat represinya Satpol PP di DKI Jakarta sebagai aparat penjaga keamanan dan ketertiban Jakarta. Iklan Rekaman ingatan tentang kisah becak juga menjadi inspirasi dalam karya seni dan sastra di Indonesia, diekspresikan dalam lagu, film, esai, novel dan puisi. Tentu kita pernah mendengar lagu anak berjudul Naik Becak karya Ibu Sud. Lagu tersebut dengan riang menggambarkan keceriaan tamasya keliling kota dengan transportasi becak. Sebaliknya, film Pengemis dan Tukang Becak besutan sutradara Wim Umboh dan dilanjutkan Lukman Hakim Nain menggambarkan realitas kemiskinan yang terjadi pada masa Orde Baru. Film yang tayang pada tahun 1978 berkisah tentang kejamnya ibukota yang tak ramah pada orang miskin yang direpresentasikan salah satunya oleh tukang becak. Kematian tragis Sukardal, tukang becak yang gantung diri gara-gara becaknya dirampas dalam razia aparat kota Bandung pada tanggal 2 Juli 1986 direkam secara getir dalam esai Catatan Pinggir Goenawan Mohammad berjudul “The Death of Sukardal”. Novelis cum Rohaniwan YB Mangunwijaya juga pernah merekam kisah tukang becak dalam novel “Balada Becak atau Sebuah Riwayat Melodi Yus-Riri” yang terbit pertama kali pada tahun 1985. Novelis yang akrab dipanggil Romo Mangun ini dengan paragraf-paragraf panjang di novel ini menggambarkan realitas kompetisi antara becak dan kolt angkutan umum bersaing di jalan-jalan aspal Yogya. Novel ini juga menggambarkan kisah-kisah seputar tukang becak dan bakul sebayanya, juga tentang kehidupan kampus UGM dan mahasiswanya. Cerpen Seno Gumira Ajidarma yang berjudul “Setan Becak” yang menjadi salah satu Cerpen Terbaik TEMPO 2016 mungkin adalah karya sastra mutakhir berthema becak. Cerpen ini mengambil latar belakang tahun kegelapan 1966 dimana pembunuhan politik terjadi dan banyak beredar mitos tentang setan berprofesi sebagai pengemudi becak. Di ladang puisi, ada belasan sajak tentang becak dan pengemudinya dituliskan oleh Wiji Thukul pada dekade delapanpuluhan hingga awal sembilanpuluhan. Berbeda dengan penulis lagu Ibu Sud, sutradara Wim Umboh dan Lukman Hakim Nain, esais Goenawan Mohammad dan novelis Romo Mangun yang merekam becak dalam karya-karya mereka dari sudut pandang yang berjarak, maka Wiji Thukul menulis puisi tentang becak dari jarak yang sangat dekat, sebagai anak tukang becak. Dalam antologi puisi Wiji Thukul yang terlengkap “Nyanyian Akar Rumput” setidaknya ada 15 puisi yang menyebut becak di dalam syair-syairnya. Bahkan ada satu puisi berjudul “Nyanyian Abang Becak” yang biasanya dibacakan secara teatrikal oleh Wiji Thukul. Ini memperlihatkan betapa penyair yang hingga saat ini belum diketahui rimbanya sejak tahun 1998, memiliki ikatan emosional yang kuat mengenai becak dan pengemudinya. Puisi pertama Wiji Thukul tentang becak adalah “Nyanyian Abang Becak” yang dituliskan pada tahun 1984. Puisi ini menggambarkan dampak beruntun dari kenaikan BBM. Dampak itu tidak hanya soal harga-harga yang semakin membubung tinggi tetapi juga memicu pertengkaran keluarga. “jika harga minyak mundhak, simbok semakin ajeg berkelahi dengan bapak, Harga minyak mundhak, Lombok-lombok akan mundhak, sandang pangan akan mundhak”. Puisi ini juga ungkapan kemarahan atas kenaikan BBM yang dikatakan sebagai kebijaksanaan. “siapa tidak marah bila kebutuhan hidup semakin mendesak, Seribu lima ratus uang belanja tertinggi dari bapak untuk simbok” ….. “jika BBM kembali menginjak namun juga masih disebut langkah-langkah kebijaksanaan, maka aku tidak akan lagi memohon pembangunan nasib” Narasi yang sama juga ada dalam bait puisi “Apa Yang Berharga Dari Puisiku” “Apa yang berharga dari puisiku, Kalau bapak bertengkar dengan ibu, Ibu menyalahkan bapak, Padahal becak-becak terdesak oleh bus kota, Kalau bus kota lebih murah, siapa yang salah” Puisi yang berjudul “Sajak Bapak Tua” mendiskripsikan beban berat yang harus ditanggung bapak sebagai pengemudi becak “bapak tua kulitnya coklat dibakar matahari kota jidatnya berlipat-lipat seperti sobekan luka pipinya gosong disapu angin panas tenaganya dikuras di jalan raya siang tadi” Dalam puisi romantis “Jangan Lupa Kekasihku”, ajakan Wiji Thukul kepada perempuan yang dicintainya untuk berterus terang mengenai lingkungan sekeliling, tetangga, teman dan orangtua. Dia pun tak lupa mengungkapkan bahwa orangtuanya adalah pengemudi becak. “jangan lupa, kekasihku Jika kau ditanya siapa mertuamu Jawablah yang menarik becak itu Itu bapakmu, kekasihku” Sebagian besar puisi-puisi Wiji Thukul berkisah tentang kegundahan dan kemarahannya atas pembangunan kota yang serakah dan tak ramah pada tukang becak, seperti dalam bait puisi berjudul “Jalan” “jalan kiri-kanan dilebarkan becak-becak melompong di pinggiran yang jalan kaki, yang digenjot yang jalan bensin, semua ingin jalan” Jauh sebelum diskusi mengenai tata kota dan transportasi yang berkeadilan mengemuka, puisi-puisi Wiji Thukul memaparkan kompetisi tak seimbang antara becak dengan tenaga manusia dan kendaraan bermotor bis kota. Dalam puisi “Sajak Setumbu Nasi Sepanci Sayur” dikisahkan “bus kota merdeka berlaga di jalan raya becak-becak berpeluh melawan jalan raya” Ini juga digambarkan sebagai mimpi buruk yang dibayangkan Wiji Thukul dalam puisi “Sajak Bapak Tua” “di dalam kepalaku bus tingkat itu tiba-tiba berubah jasi ikan kakap raksasa becak-becak jadi ikan teri yang tak berdaya” Seperti di kota-kota lainnya, ruang gerak becak di kota Solo saat itu juga dibatasi atas nama keindahan kota. Dalam puisi “Kepada Ibuku”, Wiji Thukul bercerita kepada ibunya tentang pembangunan dan ketidakadilan “ibu, aku tidak punya data komplet tentang ketidakadilan, hanya mataku terpukau di ingar jalan raya aspalan, kendaraan bikinan jepang, itali, amerika laju, tetapi abang-abang becak disingkirkan oleh kebijaksanaan pembangunan” Dalam puisi “Pemandangan”, Wiji Thukul menemukan aturan baru daerah larangan untuk becak “di pojok ronggowarsito, ada aturan baru becak dilarang terus bus kota turah-turah penumpang!” Puisi “Jalan Slamet Riyadi Solo” juga menuliskan ancaman peminggiran becak “hanya kereta api itu masih hitam legam dan terus mengerang memberi peringatan pak-pak becak yang nekat potong jalan, “hei, hati-hati cepat menepi, ada polisi, banmu digembos lagi nanti!”” Kembali ke wacana yang dilontarkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk membolehkan kembali operasi becak di Jakarta yang memicu dugaan bahwa ini adalah kampanye populisme yang penuh agenda politik tampaknya memang bukan hal yang baru. Isu tentang becak bisa menjadi isu politik dan bisa mengemuka menjelang Pemilu. Dalam Pemilihan Gubernur DKI DI tahun 1999 yang masih dipilih oleh DPRD, Rasdullah yang dikenal sebagai pengemudi becak berani mencalonkan diri sebagai kandidat Gubernur meski akhirnya tak masuk nominasi. Di dua kali Pilkada DKI Jakarta yang dipilih secara langsung tahun 2012 dan 2017, masalah becak juga menjadi salah satu kampanye bahkan masuk dalam kontrak politik. Jauh sebelumnya, Wiji Thukul juga merekam mobilisasi tukang becak untuk kepentingan Pemilu. Dalam puisi “Aku Lebih Suka Dagelan” yang berkisah tentang suasana Pemilu 1987 dituliskan “ada juga yang bertengkar padahal rumah mereka bersebelahan penyebabnya hanya karena mereka berbeda tanda gambar ada juga kontestan yang nyogok tukang-tukang becak akibatnya dalam kampanye, banyak yang mencak-mencak”. Tragisnya suara mereka hanya dibutuhkan dalam Pemilu dan tukang becak hanya menunggu janji-janji sampai mereka mati. Kisah tragis ini tergambar dalam puisi “Kuburan Purwoloyo” “disini gali-gali tukang becak orang-orang kampung yang berjasa dalam setiap pemilu terbaring dan keadilan masih saja hanya janji disini kubaca kembali sejarah kita belum berubah!” Ikuti tulisan menarik Wahyu Susilo lainnya di sini.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tukang becak, pekerjaan yang sering disepelekan orang. Tak sedikit orang sering merendahkan orang dengan profesi ini, ibarat kata hanya memandang sebelah mata. Namun tak banyak yang tahu bahwa untuk menjadi tukang becak itu bukanlah hal yang mudah, tak hanya bermodal otot saja, mereka juga harus modal pengetahuan pula serta kemampuan berinteraksi dengan adalah kota yang selalu terkenal melestarikan budaya dengan baik, salah satunya adalah mempertahankan becak sebagai alat transportasi tradisional. Penanganan transportasi becak di kota budaya Yogyakarta sudah dianggap lebih baik dari kota-kota lainnya. Karena banyaknya kunjungan turis, baik domestik maupun mancanegara, saat ini pun becak semakin hari semakin diminati sebagai transportasi terlaris bagi para turis yang memang sengaja ingin melihat keindahan corak budaya di kota pelajar ini. Para tukang becak akan siap sedia mengantarkan turis kemana pun mereka pergi. Layaknya seorang “ TOUR GUIDE” , mereka menjelaskan semua seluk beluk serta corak kebudayaan di kota Jogja ini. Kemampuan berbahasa dan berkomunikasi menjadi faktor yang kian penting bagi mereka dalam menjalankan profesinya. Sehingga tuntutan untuk para tukang becak agar berwawasan luas menjadi suatu keharusan, meskipun latar belakang pendidikan mereka minim rendah.Wawasan rendah tak menyurutkan niat dari Rudi menjadi seorang tukang becak dengan kualitas selayak orang berdasi. Rudi, ucap perkenalan lelaki pengayuh becak ini ketika kami akan menjadi calon penumpangnya. Dari pembawaan diri serta cara berinteraksinya ketika merayu kami untuk menjadi penumpangnya, kami merasa ada sesuatu yang unik dari diri seorang Rudi. Hingga kami akhirnya memilih untuk menaikki becak bergambar kucing betina ini. Kami mencoba memulai pembicaraan ringan dengannya hingga akhirnya ia mulai bercerita tentang pengalaman hidupnya. Rudi merupakan tukang becak dengan riwayat kehidupan yang menarik. Berbagai pekerjaan pernah dijajakinya hingga pada akhirnya, kini ia menjatuhkan pilihan pada profesi ini. Rudi lahir pada tanggal 29 Mei 1960 di Yogyakarta, sehingga dari kecil dirinya memang telah mengenal secara lekat kota dengan ciri khas batik ini. Ia tinggal bersama istri dan keempat anaknya di daerah Bantul, Yogyakarta. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, istri Rudi juga berupaya untuk bekerja dengan berjualan sembako di pasar mulai kami rasakan ketika bapak dari empat orang anak ini membuka cerita hidupnya dimasa lalu. Rudi merupakan salah satu lulusan SMA di Jogja. Setelah lulus SMA dirinya pun mulai memilih untuk melanjutkan pendidikan dengan mengambil jurusan Teknik Sipil di Universitas Diponegoro, Semarang. Namun sayangnya, baru memasuki awal kehidupannya di bangku kuliah ini, dirinya memutuskan untuk berhenti karena faktor ekonomi keluarganya yang memang tidak memadai untuk tetap membiayai dirinya, sehingga jelaslah bahwa dirinya belum sama sekali merasakan bagaimana mengenyam menjadi seorang mahasiswa. Perasaan kecewa jelas nampak pada dirinya, namun Rudi tak pernah menyerah dan putus asa, karena memang kedua kata tersebut tak pernah ada dalam kamus hidupnya. Semangat serta sifat ulet yang terlihat pada dirinya akhirnya membawanya untuk mencoba berbagai pekerjaan yang sama sekali belum pernah ia temui awal hidupnya membuat kami semakin ingin mengenal sosok lelaki berkulit sawo matang ini. Setengah perjalanan telah kami lalui, namun Rudi tanpa lelah mengayuh, justru semakin bersemangat menceritakan kisahnya pada kami. Berlanjut dari kisah sebelumnya, ia mulai kembali bercerita. Dengan perasaan kecewa yang amat dalam karena cobaan hidupnya, ia memulai merintis pengalamannya dengan mengikuti pembelajaran menjadi pengusaha muda yang berkontribusi pada pembuatan properti sarang burung wallet. Hari-harinya diisi dengan kegigihannya dalam memperdalam pengetahuannya tentang usaha properti ini. Enam tahun mulai berlalu, Rudi merasa bahwa dirinya mulai lelah dengan pekerjaan ini. Penghasilan dari pekerjaan ini sebenarnya cukup untuk kebutuhan dirinya, namun entah mengapa dirinya merasa bosan dan tidak betah sehingga dirinya memutuskan untuk mengakhiri karirnya dalam usaha properti ini. Dia tidak merasa menyesal keluar dari pekerjaan ini, karena menurut dirinya, sudah cukup banyak ilmu yang ia raih dalam bidang properti ini. Penghasilan bukan semata-mata orientasi yang ingin diraihnya, namun dirinya lebih menghargai bertambahnya ilmu dan wawasan pengetahuannya dari pembelajaran menjadi pengusaha muda properti cerita, setelah ia berhenti bekerja, ia kemudian tidak bermalas-malasan saja selayaknya seorang pengangguran. Namun dirinya kini mulai mencari kembali pekerjaan yang ingin digelutinya. Tukang bangunan, merupakan pilihan profesi selanjutnya yang ia pilih. Menjadi tukang bangunan juga tak menyurutkan semangatnya untuk mengasah keahliannya dan kemampuannya. Tukang bangunan pun mulai ditinggalkannya dan beralih menjadi seorang sales. Bentuk fisik dirinya, dengan tubuh tinggi dan senyum manisnya, membuat dirinya berani dengan lantang mengambil profesi ini, karena dengan begitu dirinya merasa setidaknya modal awal telah dimilikinya. Dia hanya tinggal melatih kemampuan bicaranya agar dapat merayu dan mempersuasi orang-orang agar tertarik untuk menjadi konsumennya. Dan akhirnya sama seperti hal sebelumnya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut mulai dilupakannya. “Meski saya melupakan pekerjaan-pekerjaan tersebut, namun satu hal, saya tidak akan pernah melupakan berbagai ilmu yang saya dapat dari berbagai pengalaman kerja saya karena itu adalah modal masa depan saya,” Terangnya pada kami yang masih setia mendengar pengetahuan dan wawasan dari pengalaman pekerjaannya tersebut, membuat dirinya merasa menjadi pribadi yang tak kalah hebat dengan orang berdasi dan berpangkat karena meski dia harus berhenti untuk tidak melanjutkan pendidikannya, itu tidak berarti pula dia harus berhenti untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuannya. Hingga akhirnya profesi menjadi tukang becak inilah yang kemudian mengambil area Malioboro sebagai tempatnya untuk mengais rejekinya. Jadwal dirinya mengayuh pedal becaknya dimulai dari pukul hingga tengah malam sekitar pukul Namun kadang kala, karena ingin memberikan pelayanan terbaik untuk para penumpangnya dirinya rela menambah jam kerjanya untuk sekedarnya membuat para penumpang maupun pelanggannya tersenyum manis ketika turun dari becaknya. Rudi memilih tidak mengikuti paguyuban tukang becak seperti halnya tukang becak lainnya. “Saya berhubungan baik dengan para tukang becak lainnya, baik yang termasuk dalam anggota paguyuban maupun tidak seperti saya, tidak ada diskriminasi dalam dan persaingan dalam pekerjaan kami ini, “ Ungkap Rudi. “Bahkan bila ada sesama tukang becak yang sama sekali belum mendapat hasil, kami akan mengalah untuk memberikannya penumpang, sehingga keegoisan dan rasa individual tidak akan pernah ada dalam lingkup kami, “ Tambah Rudi seraya lokasi serta lingkungan dalam menjalankan profesi ini sangat dekat dengan area pariwisata, maka tak jarang dirinya akan sangat sering berjumpa dengan para turis asing yang merupakan devisa bagi negara kita. Intensitas yang cukup sering bertemu dirinya dengan para turis asing memungkinkan para penumpang becaknya tak hanya merupakan warga lokal namun juga warga dalam lingkup Internasional. Menyadari hal tersebut menjadi faktor yang cukup signifikan bagi profesinya , Rudi berusaha kembali mengingat segala bekal pengetahuannya mengenai pelajaran bahasa Inggris ketika dia masih di bangku SMA dulu. Sedikit demi sedikit dia mulai mengingat dan melatih kemampuannya dalam memperdalam pelajaran berbahasa ini karena jelas akan sangat berpengaruh terhadap kemampuannya menarik dan belajar secara pasif dan otodidak menjadi kegiatan yang mengirinya ketika dia bekerja di daerah pariwisata tersebut. Ejaan serta artikulasi yang masih sering rancu karena perbedaan bahasa ini membuat para wisatawan terkadang memunculkan adanya salah persepsi. Karena hal itulah, lelaki asli Jogja ini semakin giat mempelajari berbagai bahasa. Untuk menambah kemampuannya berbahasa Inggris dirinya juga mengikuti pembelajaran yang diadakan oleh Institut Kristen Indonesia yang terletak di daerah Kota Baru. Pembelajaran ini memang sengaja diadakan untuk melatih kemampuan berbahasa seluruh para tukang becak yang ada di Yogyakarta. Tidak ada biaya sama sekali yang dibebankan pada para tukang becak bila ingin mengikuti pelatihan ini. Dalam seminggu akan ada 2 kali pertemuan dengan kapasitas setiap kelasnya adalah 18 orang. Kapasitas yang cenderung sedikit ini memang diatur untuk menjaga keefektivan dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Meski pelatihan tersbut berada dalam lingkup Institut Kristen, namun institut ini tidak mengharuskan tukang becak dengan agama yang sama yang bisa mengikuti pelatihan ini. Justru didalam pelatihan ini tidak ada sama sekali perbedaan, semua agama dianggap dan kemampuan berbahasa yang semakin terasah serta semangat dirinya yang memang tak pernah padam, membuatnya semakin ahli dalam hal berbahasa. Pengalamannya bertemu turis mancanegara yang tak lain adalah penumpangnya, juga memberikan keuntungan besar bagi dirinya sebagai tukang becak. Wawasan luas serta pemahaman penuh dirinya dalam mengenali segala seluk beluk kota yang berjulukan Kota Pelajar ini juga menjadikan dirinya seakan-akan menjadi “TOUR GUIDE” bagi para penjajanya. Dan karena hal itu dirinya telah memiliki sejumlah turis mancanegara yang menjadi pelanggan setianya. Pelanggannya merupakan turis-turis dari Swedia, Holand, Belanda, dan Perancis. Kepuasan jelas terlihat dari para turis yang menjadi pelanggannya karena kemampuan Rudi yang memang sudah cukup diakui dalam memberikan pelayanan terbaik. Dengan pengalamannya tersebut, akhirnya hingga saat ini Rudi dapat dikatakan sebagai seorang ahli bahasa karena kemampuannya yang dapat memahami 4 bahasa sekaligus yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa perancis, dan terakhir bahasa Belanda. “ Hallo, Puspus Balibu? Halo, apa kabar, “ Ucap Rudi sembari tersenyum memperagakan kemampuan bahasa Perancisnya untuk menarik perhatian para segi ekonomi kehidupan Rudi dapat dikatakan cukup namun kadang kala juga tidak cukup. Penghasilan perharinya dari ayuhan roda becaknya sekitar – Untuk tarif lokal dan untuk turis juga berbeda. Bila biasanya untuk tarif lokal sekitar namun untuk para turis biasanya dipatok harga sekitar per jamnya. Namun berbeda dengan penumpang yang sudah menjadi pelangganya baik warga lokal maupun turis, Rudi tidak pernah berani untuk mematok harga bagi para pelanggan setianya, justru pelangganya tersebut yang mengerti dan memberikan harga yang lebih besar dari target Rudi sebelumnya. Kecenderungan karakter para turis memang unik, mereka akan lebih senang memberi cuma-cuma bonus, daripada harus diminta sehingga hal inilah yang menjadi “surprise” bagi para tukang becak termasuk Rudi ketika melayani para turis mancanegara. Berbeda dengan para turis atau orang luar negeri yang sudah cukup lama tinggal di Indonesia, mereka bahkan cenderung lebih pelit daripada warga lokal yang ada. Bahkan dirinya pernah mendapatkan setelah seharian bekerja. “ Kadang kala jika saya sedang tidak merasa mood atau sedang ada masalah, saya memilih untuk tidak narik, soalnya juga pasti gak dapat apa-apa , “ papar Rudi secara paling takjub yang pernah didapatkan Rudi adalah ketika dirinya mendapatkan pendapatan yang benar-benar sangat fantastis jumlahnya bagi seorang tukang becak. “Selama saya menjadi tukang becak, saya pernah mendapat penghasilan sebesar 17 juta dalam sehari. Itu fakta, “ Tutur lelaki ini dengan bangga pada kami yang merasa tak percaya. Penghasilan tersebut ia dapatkan dari para pelangganya. Salah satu pelanggannya adalah seorang turis dari Perancis bernama Thoms Sheggr. Pencapaian penghasilan yang rata-rata cukup tinggi itu biasanya ia dapatkan ketika masa liburan dari bulan Juni hingga bulan berbagai penghasilan selama dirinya menjadi tukang becak, Rudi dapat menyekolahkan ke-empat anaknya. Anak pertama Rudi, telah memasuki semester 8 yang merupakan tahap akhir pendidikan di bangku perkuliahan. Anak pertama Rudi merupakan mahasiswa Teknik Sipil di Universitas Gajah Mada di Yogyakarta dengan jalur PMDK. Kemudian anak keduanya, telah terdaftar sebagai mahasiswa Akademi Militer semester 1 yang berlokasi di Magelang. Setelah itu anak ketiga Rudi masih mengenyam bangku SMA dan anak ke-empatnya juga masih duduk di bangku TK. “Alhamdulilah dari jerih payah saya , ke-empat anak saya dapat merasakan bangku sekolah,” Tuturnya. Rudi selalu berusaha untuk memantau perkembangan pendidikan seluruh anaknya sehingga dia dapat melihat perkembangan dari ke-empat anaknya. “Saya tidak ingin mereka merasakan kesusahan seperti saya dulu, jadi meski harus sakit dan mengalami kepahitan saya akan selalu berjuang untuk anak-anak saya, “ papar lelaki berbadan tinggi ini dengan rasa harunya. Selain menjadi tukang becak dirinya juga menyibukkan dirinya dengan ternak sapi dan kambing yang ia pelihara dirumahnya. Jika memang ada tidak ada kesibukan dirinya pun tak menolak untuk bekerja menjadi sopir di rentalan kisah yang telah dilalui dalam kehidupan Rudi membuat dirinya saat menghargai arti kehidupan yang sebenarnya. Segala kesusahan dan kesedihan yang pernah dialami dijadikannya sebagai motivator bagi dirinya agar selalu senantiasa mawas diri dan tak pernah mengenal kata menyerah. Kepahitan yang pernah ia alami, tak akan pernah menurun pada ke-empat anaknya, karena dirinya akan sekuat mungkin berusaha untuk membahagiakan keluarganya dan melihat ke-empat anaknya menjadi orang-orang yang sukses dikemudian hari. Sakit, pahit, sedih itu wajar namun inti dari segala hal itu adalah hikmah. Hikmah atas segala proses itu merupakan ilmu bagi pribadi kita, karena sesungguhnya seseorang yang bijak adalah seseorang yang bisa memberikan warisan ilmu dan bukan warisan harta begitu motto hidup dari Rudi sang Tukang Becak Super . Becak –becak diharapkan akan menjadi sebuah ciri khas dari kota Yogyakarta. Becak yang sebelumnya hanya menjalankan fungsinya sebagai tukang angkut kini akan mengalami transformasi peran dengan menajdi alat trasnportasi yang dapat memenuhi kebutuhan wisata. saat hanya ada di objek wisata dan untuk memenuhi kebutuhan wisata. Para tukang becak sendiri pada dasarnya adalah salah satu sumber daya yang layak dilibatkan kerja samanya dalam pemberdayaan di bidang kebudayaan dan ekonomi di kota Yogyakarta. Kerjasama ini akan merujuk pada relevansi mereka dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam berkinerja sebagai tukang becak. Representasi tersebut dapat dimulai dengan wujud fisik becak-becak dapat dipercantik dengan instrumen artistik khas Jogja seperti batik, wayang, dan sebagainya. Dalam proses implementasi pencapaian kerja sama ini, kesadaran mulai bermunculan dari beberapa pengelola pihak hotel untuk ikut terjun dalam usaha pemberdayaan ini, sehingga usaha ini tidak hanya terkait dengan tukang becak saja. Keikutsertaan dari segala pihak jelas akan berimbas positif untuk memperlancarkan segala orientasi dari kinerja tersebut. Hubungan beberapa pihak seperti pihak pengelola Bakpia Pathok, Dinas Pariwisata dan pihak pengelola hotel dengan para tukang becak merupakan salah satu sikap peduli akan pentingnya menghargai mereka karena mereka sebenarnya adalah bagian dari wisata kebudayaan Yogyakarta. Ketiga pihak pengelola tersebut berusaha menjalin kerjasama sebaik mungkin dengan harapan mendapat timbal balik yang saling menguntungkan denga para tukang becak. Selain dari pihaknya membantu tapi dilain hal dia juga akan terbantu. Di satu hal, ada satu sisi yang pantas kita sorot dari para tukang becak ini. Dengan latar belakang pendidikan mereka yang minim, namun ternyata mereka memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan orang-orang yang berpendidikan. Kemampuan mereka dalam berbahasa serta berkomunikasi dengan para penumpangnya yang kebanyakan adalah turis, nampak begitu baik . Keharusan bagi mereka untuk dapat berbahasa inggris atau bahkan dengan bahasa lain menjadi hal yang tak sulit untuk diwujudkan oleh mereka. Pengalaman mereka berhadapan dengan turis, menjadi pembelajaran hdiupbertahap bagi mereka. Para turis menjadi acuan bagi mereka untuk mempertajam kemampuan mereka dalam berbahasa. Yang awalnya hanya memahami beberapa kalimat, kini mereka dapat memahami secara keseluruhan. Cara otodidak para tukang becak inilah yang menarik untuk diulas lebih dalam. Tidak dapat dipungkiri bahwa tukang becak merupakan motor penggerak roda pariwisata Malioboro. Oleh karena itu kualitas pelayanan yang mereka berikan terhadap wisatawan menjadi sangat signifikan dan dijadikan salah satu tolak ukur penilaian wisatawan terhadap Malioboro. Hal ini akan memberikan pengaruh pada banyak pihak, baik bagi tukang becak maupun pada wisata Yogyakarta dan Indonesia. Lihat Humaniora Selengkapnya
Bagi sebagian orang, puisi merupakan sebuah karya sastra yang biasanya digunakan untuk menyampaikan perasaan yang tidak bisa diungkapkan melalui lisan. Saat berbicara mengenai puisi, negeri ini memang telah melahirkan banyak sekali sastrawan yang berhasil menyumbangkan ide-idenya melalui berbagai platform, misalnya seperti membuat buku antologi puisi. Di luar nama-nama besar seperti Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan Pramoedya Ananta Toer, saat ini juga sudah banyak sekali bermunculan penulis-penulis muda yang karya puisinya juga tidak kalah menarik dan bahkan berhasil menggugah hati para pembaca. Bagi kamu yang suka dengan kumpulan kata-kata puitis yang menyejukkan hati, berikut adalah beberapa buku antologi puisi yang menarik untuk kamu baca. Rekomendasi Buku Antologi Puisi 1. Kita Adalah Sekumpulan Patah Hati yang Memilih Matahari – Astri Apriyani Setiap manusia sebenarnya dilahirkan sebagai seorang murid yang selalu siap untuk mendapatkan pelajaran baru setiap harinya. Atas alasan inilah Astri Apriyani memutuskan untuk membuat sebuah buku antologi puisi yang ternyata didasarkan pada berbagai pengalamannya saat pergi menjelajahi dunia. Astri juga meyakini bahwa setiap perjalanan yang ia lalui juga merupakan bagian dari proses pembelajaran, sehingga ia ingin mengabadikan setiap kenangannya ke dalam beberapa tulisannya. Tidak hanya itu, Astri juga melengkapi isi buku ini dengan berbagai macam foto yang ia ambil sendiri, karena baginya, setiap tempat yang ia kunjungi punya artinya tersendiri. 2. Suaramu Jalan Pulang yang Kukenali – Adimas Immanuel Dari judulnya, mungkin kamu akan menebak bahwa isi dalam buku ini tidak jauh-jauh dari berbagai judul puisi yang melankolis dan klise. Tapi sayangnya tidak, penulis buku ini berhasil menulis berbagai macam puisi yang menggelitik, tapi tetap tidak keluar dari tema romantisme yang tetap apik untuk dinikmati. Selain romantisme, buku puisi yang satu ini juga membahas mengenai kehidupan dan keluarga, yang akan membuatmu menyadari bahwa rumah adalah sebaik-baiknya tempat untuk kembali pulang. 3. Keterampilan Membaca Laut – Ama Achmad Untuk membuat puisi yang indah, kamu sebenarnya tidak harus selalu menggunakan majas atau peribahasa yang keren, cukup dengan permainan kata saja kamu sudah bisa menghasilkan karya yang indah dan membekas di hati pembaca, sama seperti buku ini. Saat membacanya, ada perasaan nelangsa yang melingkupi hati, ditambah dengan gaya penulisan yang ciamik sehingga mampu membuat pembaca merasakan setiap kata-kata yang digambarkan oleh penulis. Walaupun laut digambarkan sebagai headline utama, buku ini sebenarnya tidak sepenuhnya membicarakan soal laut, tapi juga membahas tentang kesepian, kesunyian, kekecewaan, rindu, dan cinta yang dibalut dengan harapan untuk bisa hidup bersama orang tercinta. 4. Sepotong Hati di Angkringan – Joko Pinurbo Buku-buku kumpulan puisi Jokpin memang selalu ditujukan untuk lintas usia, jadi semua kalangan bisa menikmati karya-karyanya yang sederhana tapi tetap indah dan memikat hati. Buku ini merupakan karya terbaru dari Jokpin yang ia tulis selama masa pandemi, dengan total 45 puisi yang dibagi ke dalam dua bagian besar, “Sepotong Hati di Angkringan” dan “Ibadah Mandi”. Joko Pinurbo memang selalu lihai dalam menyajikan tulisan-tulisannya, seperti tidak pernah kehabisan ide, ia selalu berhasil menghubungkan setiap kisah yang berbeda ke dalam satu tema yang sama. Dalam buku ini, ia menulis puisi tentang tukang becak yang terlelap dalam mimpi, tentang nasi kucing mbah Singo, tentang oseng mercon Mbah Wagino, tentang pandemi, dan masih banyak lagi, yang semuanya masih tetap dihubungkan dengan angkringan, seperti judul bukunya. 5. Museum Kehilangan – Wawan Kurniawan Tidak semua buku puisi akan membahas soal perjalanan atau kehidupan si penulis, lewat buku ini, kita akan dibawa kembali ke masa lalu kelam yang pernah terjadi di negeri ini. Penulis sengaja mengambil topik Munir, seorang aktivis kemanusiaan yang dibunuh tanpa pernah tahu siapa dalang dibalik kasus ini, jadi buku ini akan kembali mengingatkan kita dengan ketidakadilan dan ketidakjelasan kasus Munir setelah lebih dari 17 tahun lamanya. Wawan Kurniawan sangat lihai dalam memperlihatkan keresahan, duka, dan kemarahan lewat puisi-puisinya. Ia juga sangat berani untuk menampilkan setiap isu politik yang berkaitan langsung dengan pembunuhan Munir, bahkan nama istri dan anak-anak Munir juga ikut disertakan dalam dua judul puisinya. Lewat buku ini, penulis ingin menyadarkan pembaca bahwa tidak semua kritikan harus disampaikan dengan orasi, tapi bisa juga dengan kata-kata yang satir, menarik, namun tetap artistik. Selain kelima buku-buku ini, sebenarnya masih banyak sekali buku antologi puisi karya penulis Indonesia yang pastinya menarik untuk kamu baca. Kelima rekomendasi buku-buku ini bisa kamu beli di atau kamu juga bisa membaca versi e-booknya melalui Gramedia Digital. Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, borong semua buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya. Dapatkan Diskonnya!
Apakah Anda mencari gambar tentang Puisi Tentang Tukang Becak? Terdapat 46 Koleksi Gambar berkaitan dengan Puisi Tentang Tukang Becak, File yang di unggah terdiri dari berbagai macam ukuran dan cocok digunakan untuk Desktop PC, Tablet, Ipad, Iphone, Android dan Lainnya. Silahkan lihat koleksi gambar lainnya dibawah ini untuk menemukan gambar yang sesuai dengan kebutuhan anda. Lisensi GambarGambar bebas untuk digunakan digunakan secara komersil dan diperlukan atribusi dan retribusi.
Tim indoSastra Pencari Karya Sastra yang Menakjubkan, Mengharukan, dan Tulus Sastra angkatan reformasi, bentuk puisi Karya Widji Thukul Ini adalah puisi tentang seorang tukang becak yang berusaha bertahan hidup di tengah ketidakberdayaannya dan badannya yang sudah sangat capek. Dia kembali berduka melihat moda transportasi lain seperti bis kota makin digemari masyarakat, dan transportasi becak mulai ditinggalkan Dari buku Aku Ingin Jadi Peluru Waktu penulisan Bulan Juni 1987 — bapak tua kulitnya coklat dibakar matahari kota jidatnya berlipat-lipat seperti sobekan luka pipinya gosong disapu angin panas tenaganya dikuras di jalan raya siang tadi sekarang bapak mendengkur dan ketika bayangan esok pagi datang di dalam kepalaku bis tingkat itu tiba-tiba berubah jadi ikan kakap raksasa becak-becak jadi ikan teri yang tak berdaya Originally posted 2013-01-20 080902. Republished by Blog Post Promoter
Puisi berantai Orang Gila,Tukang Becak dan Penjual Oncom A. Pada suatu hari, aku di tarik paksa oleh beberapa orang yang sama sekali tak aku kenali sebelumnya. Aku takut, dan akupun langsung di dorong ke dalam… B. becak. Aku tukang becak yang unyu-unyu cetar membahana. Setiap hari, ku goes, goes dan terus ku goes untuk mengantarkan penumpangku ke rumahnya yang… C. kotor, bau, jiji, jorok laler berterbangan dimana-mana. Membuatku semakin hari tak betah menjadi penjual oncom terenak di pasar ini. Tapi, aku senang sih karena aku punya… A. banyak teman aku setiap harinya tak kesepian di rumah baruku ini karena teman-temanku yang ceria, selalu tertawa sepertiku. Tapi, aku kesal sama orang-orang yang jahat itu. Karena setiap kita tak mau menuruti keinginan mereka, mereka mengeluarkan benda yang ku tau itu obeng dan mereka memasukkannya ke dalam… C. Oncomku rasanya enak sekali ku buat oncomku dengan cinta, ku galey dengan lembut dan terakhir ku taburi dengan kucuran keringat. Sehingga rasanya asin gurih dan lezatt. kalau menurut pelangganku, oncomku 11, 12 lah dengan rasa pizzahut walau seharian aku kucel, bau, dekil in the kummel. Tapi aku senang sekali oncom-oncomku kini laris manis seperti aku. Dan aku pun senang karena di temani… B. Kawan-kawan becakku memang sudah tua-tua tapi mempunyai jiwa muda yang menggelora sehingga kami pun selalu… A. Tertawa, menjerit, bergoyang bersuka ria kami tak pernah galau karena kami selalu menghibur satu sama lain. Dan kami… C. Selalu meradang…Aku kini selalu meradang jiwaku kini resah gelisah, gundah gulana meratapi nasibku yang semakin hari semakin… B. Laku becakku semakin ramai di tumpangi dengan uang hasil menarik becakku, akupun dapat pergi ke… A. Rumah sakit jiwa hahaha, itu rumah yang paling istimewa buatku penghuninyapun yang imut, lucu, dan menggemaskan seperti… C. Oncomku betapa malangnya nasibmu setiap hari, kau menemaniku di tempat yang suram kelam ini tapi sayangnya kau tak juga laku dan akhirnya menjadi… B. Becak idaman para penumpang setiap harinya becakku di banjiri oleh penumpang-penumpang berduit karena tampangku yang mirip… A. Orang gila? Kau memanggilku orang gila? Gak salah? Hahaha kamu tuh yang gila, karena muka kamu bulukan dipenuhi oleh… B. Uban putih-putih menghiasi kepalaku tapi aku bangga, walau ini menandakan aku sudah lanjut usia tapi kata penumpangku wajahku tampan mirip cakra khan dan yang… C. Keriput, menyusut di penuhi semut-semut yang imut-imut. Sehingga orang takut membelinya oh oncomku… akankah kau… A. Berhenti menyuntikkan cairan itu padaku. Aku capek, tapi tak kau hiraukan. Aku sakit, sakiitt sekali lebih sakit melebihi orang yang putus cinta bila kau terus… B. Memberikan cinta pada setiap penumpang itu sudah kewajibanku tapi, jika yang ku beri cinta itu berkhianat apakah harus masih ku berikan cinta? Lebih baik aku beri saja… C. Oncom-oncomku yang sudah entah kemana mungkin sekarang sudah menyatu dengan bau pasar yang tak sedap, bercampur dengan cairan hitam got-got atau mungkin sudah menjadi lalaban tikus comberan yang besar-besar aku bangkrut, uangku kini sudah habis, modalku tak kembali hingga akhirnya aku harus meninggalkan… A. Rumah sakit jiwaku aku tak mau lagi di rumah itu rumah itu aneh, aku sebel, aku mau kabur aja, dan aku pun memutuskan untuk kabur lewat… C. Selokan yang mengalir menyebarkan aroma khasnya, itu menjadi kenanganku semasa hidupku di pasar menjadi… B. Tukang becak itu profesiku dulu, tapi naas becakku kini di curi manusia serakah yang tak berperikemanusiaan sehingga ia tega untuk… A. Menceburkan diriku ke dalam lumpur coklat, agar aku dapat kabur dari rumah gila itu eoh sungguh menjijikan. Lumpur ini bersatu padu dengan kotoran kerbau yang menjijikan. Tapi, aromanya sangat sedap, sehingga akupun mencoba… C. Mencari lowongan kerja baru. Aku tak mau lagi tinggal seharian di pasar yang lusuh dan kelam itu, aku tak mau di kerumuni oleh laler-laler lagi, aku tak mau aku tak mau… B. Menjadi tukang becak lagi… dan kini saatnya aku berkata selamat tinggal becakku yang unyu-unyu… A. Selamat tinggal rumah sakit jiwaku yang lucu… C. Selamat tinggal pasar ku yang kotor dan bau… aku akan mencari pekerjaan yang lain dan berkata… A,B,C, S E M A N G A T!!!
puisi tentang tukang becak